Hal yang telah jelas mengenai perwujudan bom atom ini adalah bahwa ledakannya hanya dapat terjadi apabila jumlah unsur U-235 atau Pu-239 melebihi massa kritisnya. Di samping itu, volumenya juga harus kompak (memiliki volume maksimum dengan luas permukaan minimum). Ternyata ketika bom atom direkayasa, bentuk ini sulit direalisasikan mengingat perhitungan yang kurang tepat dapat berakibat fatal. Salah satu kemungkinan desainnya adalah dengan menempatkan dua bongkahan unsur U-235 berbentuk setengah bola dalam selubung silindris tebal yang kokoh.
Masing-masing uranium setengah bola ini dipilih memiliki massa subkritis dan ditempatkan sejauh mungkin agar tidak terjadi reaksi fisi dalam bom supaya terjamin aman keaadaannya. Ukuran massa masing-masing uranium dipilih sedemikian rupa sehingga apabila kedua setengah bola uranium ini disatukan, massa totalnya akan superkritis untuk memungkinkan berlangsungnya reaksi fisi berantai yang memicu ledakan besar.

Massa kritis setiap setengah bola ini dapat diperkecil dengan menempatkan mereka dalam sebuah dinding yang memantulkan balik neutron ke masing-masing setengah bola uranium. Agar terjadi ledakan, kedua setengah bola ini harus dapat digabungkan dengan cepat sekali, mengingat reaksi fisi berantainya dalam setiap bagian berlangsung sangat cepat, dalam waktu sepersejuta detik. Bila reaksi fisi berlangsung sebelum kedua setengah bola ini berlangsung, maka gaya ledaknya akan meluluh-lantakan keduanya menjadi bertebaran dalam potongan-potongan lepas.
Wospakrik, Hans J., 2005, Dari Atomos Hingga Quark, Jakarta: KPG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar